Selasa, 26 Februari 2019

Cerpen tentang kehidupan


Teka-Teki Kehidupan
Oleh Indah Sari
            Disebuah desa kecil hiduplah sebuah keluarga kecil nan sederhana, keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak.  Keluarga itu sangatlah sederhana dan bahkan bisa dikatakan sebagai keluarga yang miskin, mereka tinggal disebuah rumah gubuk kecil yang hampir rubuh. Bahkan dinding rumah mereka berdempet dengan dinding rumah tetangganya, sungguh ironis sekali. Sehari-hari sang ayah bekerja sebagai pemulung, sedangkan sang ibu bekerja sebagai buruh cuci panggilan, anak pertama bernama Dika dan anak kedua bernama Fika. Dapat dipastikan keadaan hidup mereka dengan profesi seperti itu bukan?
            Sang ayah adalah sosok pekerja keras dan menyayangi keluarganya, sedangkan sang ibu adalah sosok ibu tangguh dan juga istri yang berbakti, Dika adalah sosok yang tidak banyak menuntut dan banyak mengalah, sedangkan Fika adalah anak yang memiliki cita-cita tinggi, dan pekerja keras.
            Dika bekerja sebagai kuli bangunan dan bekerja serabutan, sedangkan Fika masih duduk di SMP,  Fika selalu membantu ayahnya untuk memilih-milih rosok atau barang-barang bekas. Hidup mereka memanglah sulit namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap semangat menjalani hidup yang keras ini. Memang tak di sangka dengan keadaan seperti itu orang tua Fika dapat menyekolahkan anaknya sampai SMP, bahkan untuk makan pun mereka masih sangat kekurangan. Sebenarnya demi menyekolahkan Fika orang tuanya meminjam uang kepada bank keliling dan diangsur setiap minggu, namun meski di cicil namun hutang tak kunjung lunas jua karena hutang pertama belum lunas sudah mengambil hutang lagi karena memang sekolah membutuhkan banyak biaya. Fika beruntung memiliki orang tua yang selalu mendukung pendidikannya karena mereka menginginkan anaknya sukses, meski mereka memeras keringat untuk hal itu.
            Selesai pulang sekolah Fika membantu ayahnya memilih-milih rosok dan tak jarang Fika juga mulung di area pasar, Fika tak pernah malu dengan apa yang dilakukannya selagi itu halal dan dapat meringankan beban kedua orang tuanya. Fika memang tergolong anak yang pandai dalam kelas dan mendapat rangking 10 besar di kelasnya. Sebenarnya ada hal besar yang selalu menjadi harapan Fika namun rasanya hal itu mustahil untuk diwujudkan yaitu Fika ingin kelak menyandang sebutan MAHASISWA. Mungkin bagi orang yang mampu harapan itu adalah harapan yang mudah saja digapai namun tidak dengan Fika, dia sadar akan keadaanya dan dia tidak mau berharap yang muluk-muluk,  dia sudah bersyukur sudah dapat sekolah sampai SMP, bahkan untuk bermimpi untuk melanjutkan ke SMA Fika pun tidak berani.
            Sebenarnya besar harapan Fika untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke SMA setelah lulus dari SMP, namun dia takut untuk bilang kepada kedua orang tuanya karena dia tahu, bagaimana jika dia meminta untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Orang tuanya pasti akan berhutang lagi hingga hutang mereka semakin bertumpuk karena hutang yang kemarin saja belum lunas            karena itu Fika tak mengutarakan niatnya.
            Pada saat Fika lulus SMP, kegelisahan itu semakin terlihat jelas dan kedua orang tua Fika juga menyadari keinginan putrinya dan sang ayah berkata.
“ Nak, kesini ayah ingin bicara!” ujar ayah Fika
“ iya yah, ada apa?” Tanya Fika
“ Nak, kamu ingin melanjutkan sekolahmu di SMA kan? Kenapa kamu tidak berterus terang pada ayah nak?” Tanya ayah Fika
            Fika perlahan mulai berkaca-kaca dan air mata yang sempat ditahannya akhirnya tumbah membasahi pipinya.
“Tidak ayah, Fika mengerti bagaimana kondisi keluarga kita dan Fika tidak ingin melanjutkan ke SMA yah!” jawab Fika sambil terisak-isak
“ Kamu jangan membohongi ayah nak, ayah tahu apa yang kamu pikirkan dan ayah jua bisa melihat keingan besarmu itu nak” ucap ayah Fika
“ Maafkan saya ayah, saya selalu merepotkan ayah dan ibu. Tapi untuk kali ini saya tidak mau merepotkan kalian” jawab Fika
“ Justru kami akan sangat bahagia jika kami dapat mewujudkan harapanmu itu nak, kami tidak merasa direpotkan” ucap ayah Fika
“ Tapi ayah…..” jawab Fika
“ Tidak ada kata tapi nak, kami akan berusaha untuk bisa menyekolahkanmu sampai SMA, kamu tidak perlu khawatir tentang apapun yang terpenting kamu memiliki niat dan tekad yang kuat untuk menggapai mimpimu!” ucap ayah Fika
“ Terima kasih ayah” ucap Fika sambil masih menangis dan tersedu-sedu
            Kemudian ayahnya memeluk dia erat-erat dan mengusap rambutnya. Begitulah orang tua, akan memberikan yang terbaik untuk anaknya meski itu berarti ia akan bekerja lebih keras. Fika akhirnya mendaftar ke salah satu SMA dan dia pun diterima, Fika sangatlah senang namun Fika juga tidak tinggal diam, setelah pulang sekolah Fika bekerja di toko hingga pukul 21.00 WIB demi meringankan beban kedua orang tuanya. Waktu Fika memang habis untuk sekolah dan bekerja bahkan untuk belajar pun Fika harus pintar-pintar mencari waktu apalagi untuk bermain tak ada waktu dan tak pernah terpikirkan olehnya.
            Memang tiada kata lelah dalam berjuang, jika ingin sukses maka kita harus berani untuk susah dan berjuang. Menggapai mimpi bukanlah hal yang mudah, mimpi bukan hanya dalam angan namun juga harus ada usaha untuk mewujudukannya. Setiap hari tanpa lelah Fika selalu bekerja setelah pulang sekolah, tiada hari yang tak lelah bagi Fika namun Fika tak pernah sedikitpun mengeluh apalagi menyalahkan Tuhan.
            Fika adalah anak yang ceria, ramah, dan juga sangat baik hati. Semua gurunya sangat menyukai Fika karena Fika adalah anak yang cerdas dan juga santun, dan ditambah dengan kisah perjuangannya untuk sekolah membuat guru-guru Fika semakin salut dan kagum pada kegigihan gadis itu. Bahkan Fika juga tak pernah malu meski dia harus memulung juga di saat senggangnya, bukan layaknya anak-anak lain yang selalu bermain dan bermain disetiap saat mereka.
            Fika selalu membantu orang tuanya bekerja untuk meringankan beban dipundak mereka. Fika memang tak merasakan masa-masa remajanya seperti teman-temannya, namun dia tetap bahagia karena meskipun berat perlahan ia akan sampai pada impiannya.  Dua tahun berlalu tiba saatnya Fika naik ke kelas dua belas dimana saat-saat itu adalah saat penentuan kelulusan, Fika selalu mencuri-curi waktu untuk belajar meski hanya lima sampai sepuluh menit saja untuk membaca buku. Fika memang tak berharap untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena itu hanyalah hal yang mustahil untuk dia, pikirnya.
            Hari ujianpun tiba, Fika dengan sungguh-sungguh mengerjakan soal demi soal dan sambil terus berdoa agar selalu diberi kemudahan oleh Allah. Hingga hari terakhir ujianpun terlewati, tinggal harap-harap cemas apakah dia lulus ataupun tidak. Waktu dia habiskan untuk membantu orang tuanya hingga tak terasa hari pengumuman ujian pun tiba, syukur Alhamdulillah Fika Lulus dan beberapa hari kemudian akan melaksanakan wisuda.
            Di hari wisuda Fika terlihat sangat cantik meski dia hanya tampil sederhana, tanpa disangka-sangka Fika ternyata menjadi wisudawan terbaik betapa bahagia oh hati orang tua Fika, bagai diberikan anugerah yang luar biasa. Fika dan orang tuanya sangat bahagia, namun tersimpan pula kesedihan yang mendalam di hati Fika karena meski dia menjadi wisudawan terbaik namun harapannya untuk bisa kuliah harus pupus karena keadaaan ekonomi keluarganya yang tidak mendukung.
            Suatu hari saat membantu ayahnya memilih barang bekas, tak sengaja Fika melihat ada informasi beasiswa untuk kuliah dan itu membuat Fika bangkit untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah. Fika mengutarakan niatnya kepada orang tuanya, dan awalnya orang tua Fika tidak setuju dan bahkan Fika juga di gunjingkan para tetangganya akan niatnya untuk kuliah.
“ Dasar anak nggak tahu diri, dia pengen kuliah. Apa dia nggak liat keadannya orang tuanya dasar anak yang nggak pernah ngaca”. Ujar salah seorang tetangga
            Ucapan para tetangganya hanya dia dengar, namun akhirnya orang tua Fika menyetujui niat Fika itu, lalu Fika mendaftar untuk masuk perguruan tinggi dengan jalur tanpa tes. Pada hari pengumuman Fika mengajak orang tuanya ke warnet untuk melihat pengumumannya, tetapi hasilnya mengecewakan Fika tidak diterima. Namun tidak sampai disitu saja Fika akhirnya mendaftar lagi untuk jalur tes , dan Alhamdulillah dia diterima namun dia dihadapkan dengan permasalahan baru yakni beasiswanya baru akan didapat  setelah dia kuliah satu tahun. Bahagia sekaligus sedih tetapi bagaimana lagi memang itulah hidup yang tak pernah bisa ditebak. Tapi bahagia  sekali karena Fika telah mencapai harapannya untuk menjadi seorang mahasiswa. Akhirnya untuk membayar uang kuliahnya orang tua Fika berhutang lagi, dan untuk melunasinya Fika bekerja juga sambil kuliah dan bahkan sang kakak juga ikut membantu untuk mencicil hutangnya begitu pula dengan orang tua Fika.
            Setahun berlalu namun hutang mereka untuk biaya kuliah Fika belum lunas jua, tapi yang membahagiakan adalah beasiswa Fika sudah turun di tahun kedua ini, itu akan sedikit membantu.
            Mulai semester ini Fika sudah mulai fokus untuk kuliah dan berharap hasilnya akan memuaskan, setiap semester nilai Fika selalu naik dan naik, mungkin itu adalah buah ketekunannya. Hasil memang tidak pernah menghianati usaha begitulah kata pepatah, dulu para tetangga yang selalu mencerca Fika dapat meihat hasilnya yakni Fika mampu menjadi seorang mahasiswa seperti apa yang diharapkannya, tak lagi para tetangganya mengejek Fika tetapi malah justru kebalikannya. Meski begitu Fika tetap saja memulung di pasar untuk membantu ayahnya dan bahkan hampir semua orang di pasar mengenal Fika. Tetap rendah hati dan rendah diri itulah sosok Fika dia tak pernah kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah padanya.
            Akhirnya Fika lulus juga dan akan wisuda dengan indeks prestasi kumulatif yang tidak sedikit yakni kumloat. Pada hari wisudanya tanpa di duga ternyata video keseharian Fika di tayangkan dan itu membuat semua orang terharu biri. Sosok inspiratif yang patut kita contoh, bahkan Fika juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 nya. Sungguh berkah yang tak di sangka oleh Fika dan keluarganya. Ingatlah tiada yang tidak mungkin di dunia ini, semua akan terjadi jika Tuhan menghendaki, tetapi janganlah takut untuk bermimpi karena kesuksesan berawal dari sebuah mimpi. Dengan mimpi kita akan berusaha untuk mewujudkan mimpi kita itu entah apapun halangan dan rintangannya dalam menggapai mimpi itu akan kita lalui untuk bisa menggapai mimpi itu. DARE TO DREAM and DARE TO SUCCESS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar