Teka-Teki Kehidupan
Oleh
Indah Sari
Disebuah desa kecil hiduplah sebuah
keluarga kecil nan sederhana, keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan dua
orang anak. Keluarga itu sangatlah
sederhana dan bahkan bisa dikatakan sebagai keluarga yang miskin, mereka
tinggal disebuah rumah gubuk kecil yang hampir rubuh. Bahkan dinding rumah
mereka berdempet dengan dinding rumah tetangganya, sungguh ironis sekali.
Sehari-hari sang ayah bekerja sebagai pemulung, sedangkan sang ibu bekerja
sebagai buruh cuci panggilan, anak pertama bernama Dika dan anak kedua bernama
Fika. Dapat dipastikan keadaan hidup mereka dengan profesi seperti itu bukan?
Sang ayah adalah sosok pekerja keras
dan menyayangi keluarganya, sedangkan sang ibu adalah sosok ibu tangguh dan
juga istri yang berbakti, Dika adalah sosok yang tidak banyak menuntut dan
banyak mengalah, sedangkan Fika adalah anak yang memiliki cita-cita tinggi, dan
pekerja keras.
Dika bekerja sebagai kuli bangunan
dan bekerja serabutan, sedangkan Fika masih duduk di SMP, Fika selalu membantu ayahnya untuk
memilih-milih rosok atau barang-barang bekas. Hidup mereka memanglah sulit
namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap semangat menjalani hidup yang
keras ini. Memang tak di sangka dengan keadaan seperti itu orang tua Fika dapat
menyekolahkan anaknya sampai SMP, bahkan untuk makan pun mereka masih sangat
kekurangan. Sebenarnya demi menyekolahkan Fika orang tuanya meminjam uang
kepada bank keliling dan diangsur setiap minggu, namun meski di cicil namun
hutang tak kunjung lunas jua karena hutang pertama belum lunas sudah mengambil
hutang lagi karena memang sekolah membutuhkan banyak biaya. Fika beruntung
memiliki orang tua yang selalu mendukung pendidikannya karena mereka
menginginkan anaknya sukses, meski mereka memeras keringat untuk hal itu.
Selesai pulang sekolah Fika membantu
ayahnya memilih-milih rosok dan tak jarang Fika juga mulung di area pasar, Fika
tak pernah malu dengan apa yang dilakukannya selagi itu halal dan dapat
meringankan beban kedua orang tuanya. Fika memang tergolong anak yang pandai
dalam kelas dan mendapat rangking 10 besar di kelasnya. Sebenarnya ada hal
besar yang selalu menjadi harapan Fika namun rasanya hal itu mustahil untuk
diwujudkan yaitu Fika ingin kelak menyandang sebutan MAHASISWA. Mungkin bagi
orang yang mampu harapan itu adalah harapan yang mudah saja digapai namun tidak
dengan Fika, dia sadar akan keadaanya dan dia tidak mau berharap yang muluk-muluk, dia sudah bersyukur sudah dapat sekolah
sampai SMP, bahkan untuk bermimpi untuk melanjutkan ke SMA Fika pun tidak
berani.
Sebenarnya besar harapan Fika untuk
bisa melanjutkan sekolahnya ke SMA setelah lulus dari SMP, namun dia takut
untuk bilang kepada kedua orang tuanya karena dia tahu, bagaimana jika dia
meminta untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Orang tuanya pasti akan berhutang
lagi hingga hutang mereka semakin bertumpuk karena hutang yang kemarin saja
belum lunas karena itu Fika
tak mengutarakan niatnya.
Pada saat Fika lulus SMP,
kegelisahan itu semakin terlihat jelas dan kedua orang tua Fika juga menyadari
keinginan putrinya dan sang ayah berkata.
“
Nak, kesini ayah ingin bicara!” ujar ayah Fika
“
iya yah, ada apa?” Tanya Fika
“
Nak, kamu ingin melanjutkan sekolahmu di SMA kan? Kenapa kamu tidak berterus
terang pada ayah nak?” Tanya ayah Fika
Fika perlahan mulai berkaca-kaca dan
air mata yang sempat ditahannya akhirnya tumbah membasahi pipinya.
“Tidak
ayah, Fika mengerti bagaimana kondisi keluarga kita dan Fika tidak ingin
melanjutkan ke SMA yah!” jawab Fika sambil terisak-isak
“
Kamu jangan membohongi ayah nak, ayah tahu apa yang kamu pikirkan dan ayah jua
bisa melihat keingan besarmu itu nak” ucap ayah Fika
“
Maafkan saya ayah, saya selalu merepotkan ayah dan ibu. Tapi untuk kali ini
saya tidak mau merepotkan kalian” jawab Fika
“
Justru kami akan sangat bahagia jika kami dapat mewujudkan harapanmu itu nak,
kami tidak merasa direpotkan” ucap ayah Fika
“
Tapi ayah…..” jawab Fika
“
Tidak ada kata tapi nak, kami akan berusaha untuk bisa menyekolahkanmu sampai
SMA, kamu tidak perlu khawatir tentang apapun yang terpenting kamu memiliki
niat dan tekad yang kuat untuk menggapai mimpimu!” ucap ayah Fika
“
Terima kasih ayah” ucap Fika sambil masih menangis dan tersedu-sedu
Kemudian ayahnya memeluk dia
erat-erat dan mengusap rambutnya. Begitulah orang tua, akan memberikan yang
terbaik untuk anaknya meski itu berarti ia akan bekerja lebih keras. Fika
akhirnya mendaftar ke salah satu SMA dan dia pun diterima, Fika sangatlah
senang namun Fika juga tidak tinggal diam, setelah pulang sekolah Fika bekerja
di toko hingga pukul 21.00 WIB demi meringankan beban kedua orang tuanya. Waktu
Fika memang habis untuk sekolah dan bekerja bahkan untuk belajar pun Fika harus
pintar-pintar mencari waktu apalagi untuk bermain tak ada waktu dan tak pernah
terpikirkan olehnya.
Memang tiada kata lelah dalam
berjuang, jika ingin sukses maka kita harus berani untuk susah dan berjuang.
Menggapai mimpi bukanlah hal yang mudah, mimpi bukan hanya dalam angan namun
juga harus ada usaha untuk mewujudukannya. Setiap hari tanpa lelah Fika selalu
bekerja setelah pulang sekolah, tiada hari yang tak lelah bagi Fika namun Fika
tak pernah sedikitpun mengeluh apalagi menyalahkan Tuhan.
Fika adalah anak yang ceria, ramah,
dan juga sangat baik hati. Semua gurunya sangat menyukai Fika karena Fika
adalah anak yang cerdas dan juga santun, dan ditambah dengan kisah
perjuangannya untuk sekolah membuat guru-guru Fika semakin salut dan kagum pada
kegigihan gadis itu. Bahkan Fika juga tak pernah malu meski dia harus memulung
juga di saat senggangnya, bukan layaknya anak-anak lain yang selalu bermain dan
bermain disetiap saat mereka.
Fika selalu membantu orang tuanya
bekerja untuk meringankan beban dipundak mereka. Fika memang tak merasakan
masa-masa remajanya seperti teman-temannya, namun dia tetap bahagia karena
meskipun berat perlahan ia akan sampai pada impiannya. Dua tahun berlalu tiba saatnya Fika naik ke
kelas dua belas dimana saat-saat itu adalah saat penentuan kelulusan, Fika
selalu mencuri-curi waktu untuk belajar meski hanya lima sampai sepuluh menit
saja untuk membaca buku. Fika memang tak berharap untuk bisa melanjutkan ke
perguruan tinggi karena itu hanyalah hal yang mustahil untuk dia, pikirnya.
Hari ujianpun tiba, Fika dengan
sungguh-sungguh mengerjakan soal demi soal dan sambil terus berdoa agar selalu
diberi kemudahan oleh Allah. Hingga hari terakhir ujianpun terlewati, tinggal
harap-harap cemas apakah dia lulus ataupun tidak. Waktu dia habiskan untuk
membantu orang tuanya hingga tak terasa hari pengumuman ujian pun tiba, syukur
Alhamdulillah Fika Lulus dan beberapa hari kemudian akan melaksanakan wisuda.
Di hari wisuda Fika terlihat sangat
cantik meski dia hanya tampil sederhana, tanpa disangka-sangka Fika ternyata
menjadi wisudawan terbaik betapa bahagia oh hati orang tua Fika, bagai
diberikan anugerah yang luar biasa. Fika dan orang tuanya sangat bahagia, namun
tersimpan pula kesedihan yang mendalam di hati Fika karena meski dia menjadi
wisudawan terbaik namun harapannya untuk bisa kuliah harus pupus karena
keadaaan ekonomi keluarganya yang tidak mendukung.
Suatu hari saat membantu ayahnya
memilih barang bekas, tak sengaja Fika melihat ada informasi beasiswa untuk
kuliah dan itu membuat Fika bangkit untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa
kuliah. Fika mengutarakan niatnya kepada orang tuanya, dan awalnya orang tua
Fika tidak setuju dan bahkan Fika juga di gunjingkan para tetangganya akan
niatnya untuk kuliah.
“
Dasar anak nggak tahu diri, dia pengen kuliah. Apa dia nggak liat keadannya
orang tuanya dasar anak yang nggak pernah ngaca”. Ujar salah seorang tetangga
Ucapan para tetangganya hanya dia
dengar, namun akhirnya orang tua Fika menyetujui niat Fika itu, lalu Fika
mendaftar untuk masuk perguruan tinggi dengan jalur tanpa tes. Pada hari
pengumuman Fika mengajak orang tuanya ke warnet untuk melihat pengumumannya,
tetapi hasilnya mengecewakan Fika tidak diterima. Namun tidak sampai disitu
saja Fika akhirnya mendaftar lagi untuk jalur tes , dan Alhamdulillah dia
diterima namun dia dihadapkan dengan permasalahan baru yakni beasiswanya baru
akan didapat setelah dia kuliah satu
tahun. Bahagia sekaligus sedih tetapi bagaimana lagi memang itulah hidup yang
tak pernah bisa ditebak. Tapi bahagia
sekali karena Fika telah mencapai harapannya untuk menjadi seorang
mahasiswa. Akhirnya untuk membayar uang kuliahnya orang tua Fika berhutang
lagi, dan untuk melunasinya Fika bekerja juga sambil kuliah dan bahkan sang
kakak juga ikut membantu untuk mencicil hutangnya begitu pula dengan orang tua
Fika.
Setahun berlalu namun hutang mereka
untuk biaya kuliah Fika belum lunas jua, tapi yang membahagiakan adalah
beasiswa Fika sudah turun di tahun kedua ini, itu akan sedikit membantu.
Mulai
semester ini Fika sudah mulai fokus untuk kuliah dan berharap hasilnya akan
memuaskan, setiap semester nilai Fika selalu naik dan naik, mungkin itu adalah
buah ketekunannya. Hasil memang tidak pernah menghianati usaha begitulah kata
pepatah, dulu para tetangga yang selalu mencerca Fika dapat meihat hasilnya
yakni Fika mampu menjadi seorang mahasiswa seperti apa yang diharapkannya, tak
lagi para tetangganya mengejek Fika tetapi malah justru kebalikannya. Meski
begitu Fika tetap saja memulung di pasar untuk membantu ayahnya dan bahkan
hampir semua orang di pasar mengenal Fika. Tetap rendah hati dan rendah diri
itulah sosok Fika dia tak pernah kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah
padanya.
Akhirnya Fika lulus juga dan akan
wisuda dengan indeks prestasi kumulatif yang tidak sedikit yakni kumloat. Pada
hari wisudanya tanpa di duga ternyata video keseharian Fika di tayangkan dan
itu membuat semua orang terharu biri. Sosok inspiratif yang patut kita contoh,
bahkan Fika juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 nya. Sungguh berkah
yang tak di sangka oleh Fika dan keluarganya. Ingatlah tiada yang tidak mungkin
di dunia ini, semua akan terjadi jika Tuhan menghendaki, tetapi janganlah takut
untuk bermimpi karena kesuksesan berawal dari sebuah mimpi. Dengan mimpi kita
akan berusaha untuk mewujudkan mimpi kita itu entah apapun halangan dan
rintangannya dalam menggapai mimpi itu akan kita lalui untuk bisa menggapai
mimpi itu. DARE TO DREAM and DARE TO SUCCESS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar