Rabu, 27 Februari 2019

NOVEL GENRE KOREA BARU "MY TEACHER IS MY HUSBAND"





My Teacher is My Husband
PENULIS: Indah Sari
ISBN: 978-602-443-891-3     
Penerbit : Guepedia Publisher
Ukuran : 14 x 21 cm
Tebal     :  308 halaman
Harga   : Rp105.000

       

Sinopsis:


    Kim Nana, gadis keturunan Indonesia Korea ini pindah ke Korea karena pekerjaan ayahnya. Gadis ini memiliki paras cantik, namun, dia tidak mudah bergaul, dia memiliki sahabat bernama Oh Na Ri. Selama di Korea hampir lima tahun mereka menjadi sahabat yang sangat dekat, bahkan mereka di sekolah yang sama. Suatu hari ada guru baru yang mengajar di sekolah Nana, dia sangat tampan sehingga banyak siswa yang menyukainya termasuk Na Ri. Berbeda dengan siswa-siswa yang lainnya Nana sama sekali tidak tertarik dengan guru baru itu. Karena Nana tidak terlalu suka dengan pria tampan, aneh bukan. Guru baru itu bernama Shin Jun Young, yang lebih tidak disangka guru barunya itu adalah seseorang yang dijodohkan dengannya.

          Setiap hari Nana harus terjebak bersama gurunya itu, karena orang tua Nana meminta gurunya itu untuk mengantar dan menjemputnya sekolah. Nana semakin tidak menyukai guru itu, dia merasa kebebasannya terganggu karena kehadiran guru barunya itu. Akhir-akhir ini Nana dekat dengan Choi Hyun Jong, tanpa Nana tahu ternyata Hyun Jong menyukainya. Dan hal itu membuat Jun Young cemburu. Akhirnya karena sudah tidak tahan lagi menahan emosinya Jun Young mengatakan kepada Nana bahwa dia adalah tunanganya. Nana tidak percaya pada gurunya itu, nyatanya memang benar bahwa mereka telah dijodohkan. Mengetahui hal itu Nana sangat marah namun ia tidak bisa menolak perjodohan itu. Tidak mungkin Nana membantah keputusan ayahnya sehingga mau tidak mau Nana harus menerimanya.

          “Perjodohan ini membuatku gila, apa ayah tidak ingin aku bahagia? –Kim Nana-

“Takdir ini mempertemukanku denganmu lagi gadis kecil, aku sungguh bahagia. –Shin Jun Young-

          Akankah hati Nana dimiliki Jun Young ataukah Hyun Jong. Bagaimanakah kelanjutan kisah cinta mereka, entahlah tak ada yang tahu takdir TUHAN.





   


Happy shopping & reading

Enjoy your day, guys

 hadir di

GUEPEDIA
https://www.guepedia.com/Store/lihat_buku/MjYwNA==
TOKOPEDIA
https://www.tokopedia.com/guepedia/my-teacher-is-my-husband
BUKALAPAK
https://www.bukalapak.com/p/hobi-koleksi/buku/novel/1a6x4zr-jual-my-teacher-is-my-husband?keyword=
SHOPEE
https://shopee.co.id/My-Teacher-is-My-Husband-i.3104041.1947877756

FACEBOOK
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=2148362808807621&set=a.1375179096126000&type=3&theater
INSTAGRAM
https://www.instagram.com/p/BuX3qgNnocI/  

Khusus kalau pesan di aku ada promo dan potongan harganya lumayan menjadi 70000 aja. Yang minat bisa hubungi 085742309672. Hanya sampai 1 maret 2019.
Terima kasih

Selasa, 26 Februari 2019

Cerpen tentang kehidupan


Teka-Teki Kehidupan
Oleh Indah Sari
            Disebuah desa kecil hiduplah sebuah keluarga kecil nan sederhana, keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak.  Keluarga itu sangatlah sederhana dan bahkan bisa dikatakan sebagai keluarga yang miskin, mereka tinggal disebuah rumah gubuk kecil yang hampir rubuh. Bahkan dinding rumah mereka berdempet dengan dinding rumah tetangganya, sungguh ironis sekali. Sehari-hari sang ayah bekerja sebagai pemulung, sedangkan sang ibu bekerja sebagai buruh cuci panggilan, anak pertama bernama Dika dan anak kedua bernama Fika. Dapat dipastikan keadaan hidup mereka dengan profesi seperti itu bukan?
            Sang ayah adalah sosok pekerja keras dan menyayangi keluarganya, sedangkan sang ibu adalah sosok ibu tangguh dan juga istri yang berbakti, Dika adalah sosok yang tidak banyak menuntut dan banyak mengalah, sedangkan Fika adalah anak yang memiliki cita-cita tinggi, dan pekerja keras.
            Dika bekerja sebagai kuli bangunan dan bekerja serabutan, sedangkan Fika masih duduk di SMP,  Fika selalu membantu ayahnya untuk memilih-milih rosok atau barang-barang bekas. Hidup mereka memanglah sulit namun mereka tidak pernah mengeluh dan tetap semangat menjalani hidup yang keras ini. Memang tak di sangka dengan keadaan seperti itu orang tua Fika dapat menyekolahkan anaknya sampai SMP, bahkan untuk makan pun mereka masih sangat kekurangan. Sebenarnya demi menyekolahkan Fika orang tuanya meminjam uang kepada bank keliling dan diangsur setiap minggu, namun meski di cicil namun hutang tak kunjung lunas jua karena hutang pertama belum lunas sudah mengambil hutang lagi karena memang sekolah membutuhkan banyak biaya. Fika beruntung memiliki orang tua yang selalu mendukung pendidikannya karena mereka menginginkan anaknya sukses, meski mereka memeras keringat untuk hal itu.
            Selesai pulang sekolah Fika membantu ayahnya memilih-milih rosok dan tak jarang Fika juga mulung di area pasar, Fika tak pernah malu dengan apa yang dilakukannya selagi itu halal dan dapat meringankan beban kedua orang tuanya. Fika memang tergolong anak yang pandai dalam kelas dan mendapat rangking 10 besar di kelasnya. Sebenarnya ada hal besar yang selalu menjadi harapan Fika namun rasanya hal itu mustahil untuk diwujudkan yaitu Fika ingin kelak menyandang sebutan MAHASISWA. Mungkin bagi orang yang mampu harapan itu adalah harapan yang mudah saja digapai namun tidak dengan Fika, dia sadar akan keadaanya dan dia tidak mau berharap yang muluk-muluk,  dia sudah bersyukur sudah dapat sekolah sampai SMP, bahkan untuk bermimpi untuk melanjutkan ke SMA Fika pun tidak berani.
            Sebenarnya besar harapan Fika untuk bisa melanjutkan sekolahnya ke SMA setelah lulus dari SMP, namun dia takut untuk bilang kepada kedua orang tuanya karena dia tahu, bagaimana jika dia meminta untuk melanjutkan sekolah ke SMA. Orang tuanya pasti akan berhutang lagi hingga hutang mereka semakin bertumpuk karena hutang yang kemarin saja belum lunas            karena itu Fika tak mengutarakan niatnya.
            Pada saat Fika lulus SMP, kegelisahan itu semakin terlihat jelas dan kedua orang tua Fika juga menyadari keinginan putrinya dan sang ayah berkata.
“ Nak, kesini ayah ingin bicara!” ujar ayah Fika
“ iya yah, ada apa?” Tanya Fika
“ Nak, kamu ingin melanjutkan sekolahmu di SMA kan? Kenapa kamu tidak berterus terang pada ayah nak?” Tanya ayah Fika
            Fika perlahan mulai berkaca-kaca dan air mata yang sempat ditahannya akhirnya tumbah membasahi pipinya.
“Tidak ayah, Fika mengerti bagaimana kondisi keluarga kita dan Fika tidak ingin melanjutkan ke SMA yah!” jawab Fika sambil terisak-isak
“ Kamu jangan membohongi ayah nak, ayah tahu apa yang kamu pikirkan dan ayah jua bisa melihat keingan besarmu itu nak” ucap ayah Fika
“ Maafkan saya ayah, saya selalu merepotkan ayah dan ibu. Tapi untuk kali ini saya tidak mau merepotkan kalian” jawab Fika
“ Justru kami akan sangat bahagia jika kami dapat mewujudkan harapanmu itu nak, kami tidak merasa direpotkan” ucap ayah Fika
“ Tapi ayah…..” jawab Fika
“ Tidak ada kata tapi nak, kami akan berusaha untuk bisa menyekolahkanmu sampai SMA, kamu tidak perlu khawatir tentang apapun yang terpenting kamu memiliki niat dan tekad yang kuat untuk menggapai mimpimu!” ucap ayah Fika
“ Terima kasih ayah” ucap Fika sambil masih menangis dan tersedu-sedu
            Kemudian ayahnya memeluk dia erat-erat dan mengusap rambutnya. Begitulah orang tua, akan memberikan yang terbaik untuk anaknya meski itu berarti ia akan bekerja lebih keras. Fika akhirnya mendaftar ke salah satu SMA dan dia pun diterima, Fika sangatlah senang namun Fika juga tidak tinggal diam, setelah pulang sekolah Fika bekerja di toko hingga pukul 21.00 WIB demi meringankan beban kedua orang tuanya. Waktu Fika memang habis untuk sekolah dan bekerja bahkan untuk belajar pun Fika harus pintar-pintar mencari waktu apalagi untuk bermain tak ada waktu dan tak pernah terpikirkan olehnya.
            Memang tiada kata lelah dalam berjuang, jika ingin sukses maka kita harus berani untuk susah dan berjuang. Menggapai mimpi bukanlah hal yang mudah, mimpi bukan hanya dalam angan namun juga harus ada usaha untuk mewujudukannya. Setiap hari tanpa lelah Fika selalu bekerja setelah pulang sekolah, tiada hari yang tak lelah bagi Fika namun Fika tak pernah sedikitpun mengeluh apalagi menyalahkan Tuhan.
            Fika adalah anak yang ceria, ramah, dan juga sangat baik hati. Semua gurunya sangat menyukai Fika karena Fika adalah anak yang cerdas dan juga santun, dan ditambah dengan kisah perjuangannya untuk sekolah membuat guru-guru Fika semakin salut dan kagum pada kegigihan gadis itu. Bahkan Fika juga tak pernah malu meski dia harus memulung juga di saat senggangnya, bukan layaknya anak-anak lain yang selalu bermain dan bermain disetiap saat mereka.
            Fika selalu membantu orang tuanya bekerja untuk meringankan beban dipundak mereka. Fika memang tak merasakan masa-masa remajanya seperti teman-temannya, namun dia tetap bahagia karena meskipun berat perlahan ia akan sampai pada impiannya.  Dua tahun berlalu tiba saatnya Fika naik ke kelas dua belas dimana saat-saat itu adalah saat penentuan kelulusan, Fika selalu mencuri-curi waktu untuk belajar meski hanya lima sampai sepuluh menit saja untuk membaca buku. Fika memang tak berharap untuk bisa melanjutkan ke perguruan tinggi karena itu hanyalah hal yang mustahil untuk dia, pikirnya.
            Hari ujianpun tiba, Fika dengan sungguh-sungguh mengerjakan soal demi soal dan sambil terus berdoa agar selalu diberi kemudahan oleh Allah. Hingga hari terakhir ujianpun terlewati, tinggal harap-harap cemas apakah dia lulus ataupun tidak. Waktu dia habiskan untuk membantu orang tuanya hingga tak terasa hari pengumuman ujian pun tiba, syukur Alhamdulillah Fika Lulus dan beberapa hari kemudian akan melaksanakan wisuda.
            Di hari wisuda Fika terlihat sangat cantik meski dia hanya tampil sederhana, tanpa disangka-sangka Fika ternyata menjadi wisudawan terbaik betapa bahagia oh hati orang tua Fika, bagai diberikan anugerah yang luar biasa. Fika dan orang tuanya sangat bahagia, namun tersimpan pula kesedihan yang mendalam di hati Fika karena meski dia menjadi wisudawan terbaik namun harapannya untuk bisa kuliah harus pupus karena keadaaan ekonomi keluarganya yang tidak mendukung.
            Suatu hari saat membantu ayahnya memilih barang bekas, tak sengaja Fika melihat ada informasi beasiswa untuk kuliah dan itu membuat Fika bangkit untuk mewujudkan mimpinya untuk bisa kuliah. Fika mengutarakan niatnya kepada orang tuanya, dan awalnya orang tua Fika tidak setuju dan bahkan Fika juga di gunjingkan para tetangganya akan niatnya untuk kuliah.
“ Dasar anak nggak tahu diri, dia pengen kuliah. Apa dia nggak liat keadannya orang tuanya dasar anak yang nggak pernah ngaca”. Ujar salah seorang tetangga
            Ucapan para tetangganya hanya dia dengar, namun akhirnya orang tua Fika menyetujui niat Fika itu, lalu Fika mendaftar untuk masuk perguruan tinggi dengan jalur tanpa tes. Pada hari pengumuman Fika mengajak orang tuanya ke warnet untuk melihat pengumumannya, tetapi hasilnya mengecewakan Fika tidak diterima. Namun tidak sampai disitu saja Fika akhirnya mendaftar lagi untuk jalur tes , dan Alhamdulillah dia diterima namun dia dihadapkan dengan permasalahan baru yakni beasiswanya baru akan didapat  setelah dia kuliah satu tahun. Bahagia sekaligus sedih tetapi bagaimana lagi memang itulah hidup yang tak pernah bisa ditebak. Tapi bahagia  sekali karena Fika telah mencapai harapannya untuk menjadi seorang mahasiswa. Akhirnya untuk membayar uang kuliahnya orang tua Fika berhutang lagi, dan untuk melunasinya Fika bekerja juga sambil kuliah dan bahkan sang kakak juga ikut membantu untuk mencicil hutangnya begitu pula dengan orang tua Fika.
            Setahun berlalu namun hutang mereka untuk biaya kuliah Fika belum lunas jua, tapi yang membahagiakan adalah beasiswa Fika sudah turun di tahun kedua ini, itu akan sedikit membantu.
            Mulai semester ini Fika sudah mulai fokus untuk kuliah dan berharap hasilnya akan memuaskan, setiap semester nilai Fika selalu naik dan naik, mungkin itu adalah buah ketekunannya. Hasil memang tidak pernah menghianati usaha begitulah kata pepatah, dulu para tetangga yang selalu mencerca Fika dapat meihat hasilnya yakni Fika mampu menjadi seorang mahasiswa seperti apa yang diharapkannya, tak lagi para tetangganya mengejek Fika tetapi malah justru kebalikannya. Meski begitu Fika tetap saja memulung di pasar untuk membantu ayahnya dan bahkan hampir semua orang di pasar mengenal Fika. Tetap rendah hati dan rendah diri itulah sosok Fika dia tak pernah kufur terhadap nikmat yang diberikan Allah padanya.
            Akhirnya Fika lulus juga dan akan wisuda dengan indeks prestasi kumulatif yang tidak sedikit yakni kumloat. Pada hari wisudanya tanpa di duga ternyata video keseharian Fika di tayangkan dan itu membuat semua orang terharu biri. Sosok inspiratif yang patut kita contoh, bahkan Fika juga mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan S2 nya. Sungguh berkah yang tak di sangka oleh Fika dan keluarganya. Ingatlah tiada yang tidak mungkin di dunia ini, semua akan terjadi jika Tuhan menghendaki, tetapi janganlah takut untuk bermimpi karena kesuksesan berawal dari sebuah mimpi. Dengan mimpi kita akan berusaha untuk mewujudkan mimpi kita itu entah apapun halangan dan rintangannya dalam menggapai mimpi itu akan kita lalui untuk bisa menggapai mimpi itu. DARE TO DREAM and DARE TO SUCCESS

CERPEN SMA


Cintaku Nyangkut di Angkot
Oleh Indah Sari
Pertama kali aku melihatnya, 16 juli 2012 saat hari pertama masuk sekolah. Sejak pertama kali aku merasakan getar-getar asmara, entah kenapa aku tak menyangka akan menjatuhkan hati padanya. Bisa dibilang pandangan pertama itu tak pernah ada namun sungguh aku mengalaminya. Oh iya , namaku Karina sekarang aku sedang menempuh studi di salah satu Universitas Negeri di Semarang. Itu adalah kisah cintaku sewaktu SMA, kita lanjutkan ceritanya ya!
Pada waktu SMA aku selalu pulang pergi naik angkot, karena memang belum punya SIM kan, jadi tidak sengaja aku bertemu dengan dia juga diangkot. Kebetulan waktu itu satu angkot, awalnya aku hanya diam-diam memperhatikannya. Ternyata setelah beberapa waktu kami sering naik angkot yang sama dan yang lebih membuatku senang yaitu aku mengetahui namanya. Namanya Sam, dia kakak kelasku di SMA dia adalah tipe orang yang cuek, dan pendiam namun entah kenapa orang yang secuek itu bisa meluluhkan hatiku secepat itu, entahlah aku pun juga masih bertanya-tanya sampai sekarang. Berbanding terbalik dengan aku yang selalu rame, dan ramah kepada setiap orang.
Mungkin itu sudah digariskan oleh Tuhan, karena memang tidak ada yang tahu mengenai rahasiaNya. Dari hari ke hari aku semakin terjerat cintanya namun aku hanya sebatas bisa memandangnya. Suatu hari sebelum Ujian Tengah Semester aku bermimpi bahwa Kak Sam datang menghampiriku dan menggandeng tanganku, aku tidak tahu maksud dari mimpiku itu dan aku hanya menganggapnya sebagai bunga tidur saja. Namun yang membuatku sangat terkejut yaitu pada saat Ujian Tengah Semester Kak Sam duduk tepat disebelahku, sungguh tak kusangka. Aku hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata sepatah katapun kepada kak Sam. Memang disekolahku selalu memasangkan adik kelas dan kakak kelas pada saat ujian seperti itu.
Bagaikan mimpi yang menjadi nyata, Marta salah seorang sahabatku bisa merasakan apa yang aku rasakan dan turut berbahagia untukku, namun sayang aku tak mampu menyapa Kak Sam dihari pertama, mungkin karena aku terlalu terkejut atau aku terlalu senang, entahlah?.
Dihari kedua lumayan ada sedikit kemajuan, kak Sam mengajakkku bicara walau hanya sepatah atau dua patah kata namun itu tetap saja kemajuan hahahha. Hari berganti hari kami semakin dekat saja, hingga tak terasa waktu Ujian Tengah Semester sudah berakhir. Namun aku sungguh belum mau berpisah lagi dengan Kak Sam, karena kami baru saja mulai dekat. Aku sungguh sangat sedih, meski aku masih bisa melihatnya namun itu sama sekali berbeda.
Beberapa hari setelah Ujian Tengah Semester aku dikejutkan dengan pesan singkat yang masuk dengan nomor baru, “ Karina? Ini aku Sam” isi pesan singkat itu. Sontak aku terkejut sekaligus bahagia, dan dengan segera aku membalas “ iya, kak! Ada apa?” balasku. Lalu kami saling berbalasan pesan singkat. Mungkin itu memang sudah jalanku untuk bertemu dengan Kak Sam. Semenjak saat itu aku dan Kak Sam sering berkirim pesan singkat dan membuat kami semakin dekat.
Bahkan kami sering janjian untuk berangkat dan pulang bersama “ kamu sudah pulang? Aku tunggu ditempat biasa ya!” pesan dari kak Sam. “ Iya kak, aku lagi jalan kok ditunggu aja ya!” balasku. Sehingga kami bisa pulang bareng deh. Meski begitu kami selalu menjaga jarak saat diangkot, bahkan tidak saling bicara melainkan berkirim pesan singkat karena kami tidak enak dengan teman-teman yang lain. Hal itu berlangsung beberapa bulan dan tetap seperti itu meski kami sudah jadian.
Ngomong-ngomong soal jadian kejadiannya tidak disangka-sangka, pada waktu Ujian Akhir Semester ternyata aku juga masih berpasangan dengan kak Sam. Namun yang berbeda teman-teman sekelasku sudah pada mencurigai ada sesuatu di antara kami begitu juga dengan teman-teman sekelas kak Sam. Kami tetap bersikap seperti biasa hingga salah satu guru pengawas waktu itu Pak Dwi menggodaku dengan kata-katanya. “ Karina mengapa pipimu merah sekali, apa gara-gara kamu grogi?” ujar Pak Dwi. Aku hanya bisa tersenyum, begitu pula dengan Kak Sam dia juga hanya tersenyum. “ ya jelas grogi pak!” ujar salah satu temanku.
Aku tidak menyangka bahwa teman-temanku dan juga Pak Dwi bisa mengetahui hal itu, hingga membuatku sangat malu. Dengan kompak teman-temanku berkata “ehem, cie-cie”. Aduh semakin malu aku dibuatnya. Dan pada waktu yang tidak disangka-sangka itu kak Sam berbisik ditelingaku dan berkata bahwa dia menyukaiku, aku sangat terkejut dan hanya terdiam sambil tersenyum. Aku mencoba kembali fokus untuk mengerjakan soal-soal ujian itu namun tetap saja konsentrasiku buyar oleh kata-kata kak Sam itu.
Selesai ujian kami pulang bersama seperti biasanya hanya saja aku sedikit canggung dan tidak tahu harus berbuat apa, begitu pula dengan kak Sam. Sesungguhnya aku sangat senang dan bahagia karena ternyata cintaku tidak bertepuk sebelah tangan, yang terjadi justru aku malah bingung harus menjawab apa?.
Barulah keesokan harinya aku menjawab pernyataan kak Sam itu, dan aku memutuskan untuk menerimanya sebagai pacarku. Sungguh aneh bukan kisah cintaku ini, setelah jadian kami juga sering pulang dan berangkat bareng layaknya pasangan pada umumnya. Dan berita kami jadianpun sudah menyebar dan memang tak dapat lagi kami tutup-tutupi, Pak Dwi pun turut memberikan selamat. Karena pertemuan pertama kami diangkot maka aku menyebutnya cinta yang nyangkut diangkot, angkot memberikan kenangan  tersendiri bagiku.
Hubunganku dengan Kak Sam sudah berlangsung kurang lebih satu tahun dan tidak ada halangan yang berarti dalam hubungan kami. Menjelang beberapa hari kami putus aku juga bermimpi bahwa Kak Sam melepaskan tanganku dan mengucapkan selamat tinggal padaku, awalnya sama seperti kejadian itu aku menganggapnya sebagai bunga tidur belaka, namun memang sudah ditakdirkan seperti itu bahwa aku memang harus berpisah dengan Kak Sam.Semenjak Kak Sam lulus dan karena kami memang jarang ketemu akhirnya menimbulkan suatu permasalahan, yaitu jarak. Kak Sam kuliah sedangkan aku masih sekolah di SMA, aku disini dia disana. Memang tidak mudah menjalin hubungan jarak jauh itu.
Dan akhirnya kami memutuskan untuk berpisah  setelah aku lulus SMA, sekarang Kak Sam kuliah di Malang dan Aku di Semarang. Begitulah ternyata semua mimpiku adalah pertanda bagiku, membawa bahagia dan luka. Kata-kata terakhir dari Kak Sam untukku “ aku masih mencintaimu, namun alangkah bahagianya hatiku jika kau selalu dekat denganku, jangan ada rasa sesal dihati karena memang harus begini, tak mungkin kita menjalin hubungan dengan jarak yang terbentang begitu jauhnya. Aku tak ingin kau terluka karena kita tak saling jumpa.”  Itu adalah kata-kata yang selalu terngiang ditelingaku, dan memang semenjak Kak Sam kuliah di Surabaya hingga sekarang dia belum pernah kembali kesini.  Dan memang menetap di sana bersama keluarganya. Meski begitu kenangan bersamanya sungguh berarti, dan akan terkenang dalam hati. Alhamdulillahnya sampai sekarang kami tetap komunikasi dengan baik dan tetap bersilaturrahmi meski kini kami telah memiliki pasangan masing-masing.
ANGKOT  sebagai Filosofi cintaku dan kak Sam
Semarang, 18 Juni 2016
CERPEN INI TELAH DIMUAT DALAM KUMPULAN CERPEN 0100 PENERBIT NC MEDIA




Cerpen tentang berbagi


Bahagia Itu Sederhana
Oleh Indah Sari
            Suatu kebahagiaan terbesar dalam hidupku adalah bisa melihat bahagiamu, aku dan kamu tidak jauh berbeda hanya saja takdir kita yang berbeda. Aku ditakdirkan menjadi anak orang kaya sedang kau tidak, meskipun begitu belum menjadi jaminan jika hidupku penuh kebahagiaan. Justru aku lebih bahagia hidup bersama dengan keluarga sederhanamu. Namun aku tetap bersyukur atas pemberian sang ilahi, dan karena kelebihanku itu aku bisa berbagi dengan sesama tak terkecuali dengan keluargamu. Siska Wijaya adalah namaku, sedangkan Sintia Dewi adalah sahabat sekaligus guru bagiku, kami bertemu tanpa sengaja ya dipertemukan oleh sebuah takdir. Pada saat aku tiba-tiba jatuh pingsan dijalan Sintialah penolongku, semenjak saat itu aku mulai dekat dengan Sintia dan keluarganya.
            Kehidupan keluarga Sintia sangat sederhana bahkan terkadang bisa dibilang kekurangan tetapi, ditengah kondisi mereka yang seperti itu mereka tetap peduli dengan sesama dan tidak mau menutup mata melihat orang lain yang kesusahan. Aku banyak belajar mengenai ketulusan dan kepedulian dari keluarga Sintia, ibu Sintia berkata “ rejeki sudah ada yang mengatur, maka jangan takut jika kamu akan kehabisan rezeki dan tidak ada salahnya kita berbagi kepada sesama J” itu adalah kata-kata yang tak akan pernah aku lupakan.
            Semenjak saat itu aku memutuskan untuk mendirikan sebuah yayasan untuk menampung anak-anak yatim, anak-anak  jalanan dan anak-anak yang putus sekolah. Dalam melakukan hal ini aku tidak sendirian karena aku dibantu oleh Sintia, dan kami  juga dibantu oleh beberapa karyawan dalam mengelola yayasan. Anak-anak tersebut kemudian kami sekolahkan dan kami biayai semua keperluannya hingga mereka bisa hidup dengan mandiri. Aku dan Sintia bagai sosok ibu bagi mereka dan rasanya sangat membahagiakan karena aku merasa memiliki keluarga besar, ya karena aku adalah anak tunggal jadi rasanya berbeda ketika aku dikelilingi oleh banyak banyak itu.
“Bunda, aku sayang bunda!” ujar salah seorang anak asuhku
            “Bunda juga sama kamu sayang!” jawabku
“Kita senang dan beruntung sekali karena kita memiliki dua bunda yang sangat sayang   pada kita!  Benar tidak teman-teman?” ujar salah seorang anak asuhku
“Iya kami setuju!” jawab serentak anak-anak asuhku
Sungguh aku dan Sintia sangat bahagia mendengar perkataan mereka, meskipun kami belum menikah tetapi kami merasa sudah menikah dan memiliki banyak anak. Membahagiakan itu pasti, melihat mereka tumbuh dari hari ke hari, kecerian dan canda tawa mereka selalu mengiringi langkahku dan Sintia. Ternyata apa yang pernah dikatakan oleh ibu Sintia itu benar bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur, dan semua itu sudah terbukti. Semenjak aku dan Sintia mendirikan yayasan semua bisnisku semakin berkembang dan semakin maju sehingga perusahaan bisa menambah karyawan dan bisa membantu menciptakan lapangan pekerjaan. Dari tahun ke tahun perusahaan yang aku jalankan semakin bertambah besar dan menyerap banyak tenaga, dan aku menganggap bahwa itu semua adalah berkah dan kuasa-Nya.
Jika kita dengan tulus dan ikhlas membantu sesama maka suatu saat nanti pasti kita akan mendapatkan hikmahnya, ingat! Bahwasannya didalam apa yang kita miliki (harta)  terdapat hak-hak mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu kita harus berbagi dengan apa  yang kita punya. Rezeki itu sudah ada yang mengatur dan tidak mungkin tertukar, mari kawan  berbagi karena berbagi itu indah.











Semarang, 25 April 2016

CERPEN INI MASUK DALAM ANTOLOGI CERPEN INDAHNYA BERBAGI.