Selasa, 26 Februari 2019

Cerpen tentang berbagi


Bahagia Itu Sederhana
Oleh Indah Sari
            Suatu kebahagiaan terbesar dalam hidupku adalah bisa melihat bahagiamu, aku dan kamu tidak jauh berbeda hanya saja takdir kita yang berbeda. Aku ditakdirkan menjadi anak orang kaya sedang kau tidak, meskipun begitu belum menjadi jaminan jika hidupku penuh kebahagiaan. Justru aku lebih bahagia hidup bersama dengan keluarga sederhanamu. Namun aku tetap bersyukur atas pemberian sang ilahi, dan karena kelebihanku itu aku bisa berbagi dengan sesama tak terkecuali dengan keluargamu. Siska Wijaya adalah namaku, sedangkan Sintia Dewi adalah sahabat sekaligus guru bagiku, kami bertemu tanpa sengaja ya dipertemukan oleh sebuah takdir. Pada saat aku tiba-tiba jatuh pingsan dijalan Sintialah penolongku, semenjak saat itu aku mulai dekat dengan Sintia dan keluarganya.
            Kehidupan keluarga Sintia sangat sederhana bahkan terkadang bisa dibilang kekurangan tetapi, ditengah kondisi mereka yang seperti itu mereka tetap peduli dengan sesama dan tidak mau menutup mata melihat orang lain yang kesusahan. Aku banyak belajar mengenai ketulusan dan kepedulian dari keluarga Sintia, ibu Sintia berkata “ rejeki sudah ada yang mengatur, maka jangan takut jika kamu akan kehabisan rezeki dan tidak ada salahnya kita berbagi kepada sesama J” itu adalah kata-kata yang tak akan pernah aku lupakan.
            Semenjak saat itu aku memutuskan untuk mendirikan sebuah yayasan untuk menampung anak-anak yatim, anak-anak  jalanan dan anak-anak yang putus sekolah. Dalam melakukan hal ini aku tidak sendirian karena aku dibantu oleh Sintia, dan kami  juga dibantu oleh beberapa karyawan dalam mengelola yayasan. Anak-anak tersebut kemudian kami sekolahkan dan kami biayai semua keperluannya hingga mereka bisa hidup dengan mandiri. Aku dan Sintia bagai sosok ibu bagi mereka dan rasanya sangat membahagiakan karena aku merasa memiliki keluarga besar, ya karena aku adalah anak tunggal jadi rasanya berbeda ketika aku dikelilingi oleh banyak banyak itu.
“Bunda, aku sayang bunda!” ujar salah seorang anak asuhku
            “Bunda juga sama kamu sayang!” jawabku
“Kita senang dan beruntung sekali karena kita memiliki dua bunda yang sangat sayang   pada kita!  Benar tidak teman-teman?” ujar salah seorang anak asuhku
“Iya kami setuju!” jawab serentak anak-anak asuhku
Sungguh aku dan Sintia sangat bahagia mendengar perkataan mereka, meskipun kami belum menikah tetapi kami merasa sudah menikah dan memiliki banyak anak. Membahagiakan itu pasti, melihat mereka tumbuh dari hari ke hari, kecerian dan canda tawa mereka selalu mengiringi langkahku dan Sintia. Ternyata apa yang pernah dikatakan oleh ibu Sintia itu benar bahwa rezeki itu sudah ada yang mengatur, dan semua itu sudah terbukti. Semenjak aku dan Sintia mendirikan yayasan semua bisnisku semakin berkembang dan semakin maju sehingga perusahaan bisa menambah karyawan dan bisa membantu menciptakan lapangan pekerjaan. Dari tahun ke tahun perusahaan yang aku jalankan semakin bertambah besar dan menyerap banyak tenaga, dan aku menganggap bahwa itu semua adalah berkah dan kuasa-Nya.
Jika kita dengan tulus dan ikhlas membantu sesama maka suatu saat nanti pasti kita akan mendapatkan hikmahnya, ingat! Bahwasannya didalam apa yang kita miliki (harta)  terdapat hak-hak mereka yang membutuhkan. Oleh karena itu kita harus berbagi dengan apa  yang kita punya. Rezeki itu sudah ada yang mengatur dan tidak mungkin tertukar, mari kawan  berbagi karena berbagi itu indah.











Semarang, 25 April 2016

CERPEN INI MASUK DALAM ANTOLOGI CERPEN INDAHNYA BERBAGI.














           












Tidak ada komentar:

Posting Komentar